MAKAM KEDONO KEDINI/NGEDONG PULOSARI
Di atas gunung di
bawah langit Indoesia, terdapat sepasang makam keramat tinggalan masa
lalu yang konon oleh para warga masyarakat sekitar dianggap penuh
misteri. Makam ini di namakan makam Kedono-Kedini. Petilasan G.R.M
SUMADI dan G.R.Ay SUDARMINAH yang konon adalah Putera Ngarso Dalem Sri
Sultan Hamengkubuwono II (putera ke 53 dan 59) terletakdi antara perbatasan Dusun Kutugan dan Pedukuhan
Sedono(Kedondong), Desa Pundungsar, Kecamatan Semin kabupaten Gunungidul
Yogyakarta Indonesia ini tidak banyak diketahui oleh orang karena
tempatnya diatas gunung sekaligus medan untuk menuju lokasinya masih
sangat sulit dan mungkin ini pertama kalinya di terbitkan, karena saya
search di Google juga belum ada yang mem-posting.
Berikut liputannya
.Jalan naik ke atas gunung yang terjal dan mendaki aspal kasar maupun
halus hingga jalan-jalan bebatuan yang telah terlewati ahirnya kami
sampai di depan pintu masuk menuju makam Kedono Kedini tersebut.
Dari lokasi pintu masuk ini, kami berdua masih harus menaiki tangga yang tinggi, licin dan penuh di tumbuhi tanaman-tanaman liar.
Sayapun juga belum tahu, adakah juru kunci disini, ya mungkin ada tetapi kami tidak menemui seorangpun di sekitar tempat ini untuk kami bertanya dan mencari informasi-informasi lainnya.
Mulai dari sini suasana misteri sangat terasa sekali. Dingin, lembab, redup dan seolah ada yang mengawasi gerak-gerik kami berdua. Meski mata dan kepala kami tidak melihat tetapi kami yakin, ada yang sedang mengawasi kami.
Setelah memasuki pintu kecil yang terbuat dari besi itupun aku mulai melepas alas kakiku kemudian di ikuti temanku. Langsung kami menuju ke sebelah kanan yang berupa bangunan berundak dengan sebuah foto menggantung diatasnya dan makam di depan bangunan tersebut. Sayapun juga tidak tahu, gambar siapakah gerangan yang berada di atas bangunan tersebut.
Setelah duduk beberapa menit, kameraku mulai menarik perhatian pada sebuah prasasti dengan lambang Praja Cihna alias lambang kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. dengan makam Kedono-kedini di belakangnya. Dan dalam prasasti tersebut terukir dua nama yaitu: GRM. Sumadi & GRAy. Sudarminah.
Kami berdua mencoba duduk di sana sambil memandang area sekeliling. Sepi, sunyi tiada manusia satu pun hanya suara-suara nyamuk yang terbang dan sesekali suara kicauan burung dari arah kejauhan. Tapi seolah ada yang mengawasi gerak-gerik kami berdua.
Makam ini adalah aset berharga Indonesia, yang patut untuk dijaga dan di lestarikan. Sekali lagi saya acungkan kedua jempolku untuk Yogyakarta tercinta yang ternyata memiliki budaya dan peninggalan yang masih tersembunyi.
Berikut liputannya
CERITA SINGKAT MAKAM KEDONO-KEDINI SEMIN-GUNUNGKIDUL VERSI WARGA SETEMPAT & BUDAYAWAN WANDY INDRA KUSUMA.
Dahulu
kala, tersebutlah ada seorang kakak-beradik bernama Kedono & Kedini
yang berpisah. Kedini hidup di dalam hutan dan bertahan dengan memakan
buah-buahan. Suatu ketika kakak-beradik ini bertemu di tengah hutan dan
kemudian, Kedono menyaksikan Kedini dengan perut yang besar dan
timbullah perselisihan diantara keduanya, Kedono menuduh Kedini hamil
sedangkan Kedini mengaku akibat daripada terlalu banyak memakan
buah-buahan. Maka di bedahlah perut Kedini untuk membuktikan dan alhasil
bahwa didalam perut Kedini tidak diketemukan apa yang dimaksud oleh
Kedono, melainkan hanya buah-buahan, maka dengan perasaan bersalah,
Kedono menyusul Kedini dengan cara bunuh diri. Entah cerita ini sejak
kapan, tetapi masyarakat setempat meyakini cerita ini dan makam
Kedono-Kedini ini sering di gunakan untuk Nyadran. Wallahuallam
Bishawab.
|
Dari lokasi pintu masuk ini, kami berdua masih harus menaiki tangga yang tinggi, licin dan penuh di tumbuhi tanaman-tanaman liar.
Sayapun juga belum tahu, adakah juru kunci disini, ya mungkin ada tetapi kami tidak menemui seorangpun di sekitar tempat ini untuk kami bertanya dan mencari informasi-informasi lainnya.
Mulai dari sini suasana misteri sangat terasa sekali. Dingin, lembab, redup dan seolah ada yang mengawasi gerak-gerik kami berdua. Meski mata dan kepala kami tidak melihat tetapi kami yakin, ada yang sedang mengawasi kami.
Setelah memasuki pintu kecil yang terbuat dari besi itupun aku mulai melepas alas kakiku kemudian di ikuti temanku. Langsung kami menuju ke sebelah kanan yang berupa bangunan berundak dengan sebuah foto menggantung diatasnya dan makam di depan bangunan tersebut. Sayapun juga tidak tahu, gambar siapakah gerangan yang berada di atas bangunan tersebut.
Setelah duduk beberapa menit, kameraku mulai menarik perhatian pada sebuah prasasti dengan lambang Praja Cihna alias lambang kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. dengan makam Kedono-kedini di belakangnya. Dan dalam prasasti tersebut terukir dua nama yaitu: GRM. Sumadi & GRAy. Sudarminah.
Kami berdua mencoba duduk di sana sambil memandang area sekeliling. Sepi, sunyi tiada manusia satu pun hanya suara-suara nyamuk yang terbang dan sesekali suara kicauan burung dari arah kejauhan. Tapi seolah ada yang mengawasi gerak-gerik kami berdua.
PROSESI RITUAL NYADRAN GEDONG PULOSARI
Gunungkidul yang mempunyai kekayaan Adat Budaya selalu diperingati
oleh masyarakatnya sebagai perwujudan mengingat jasa, ucapan syukur
bahkan pelestarian adat budaya setempat agar tak hilang hingga masa kemasa.
Ritual Gedong Pulosari merupakan salah satu bentuk pelestarian peninggalan sejarah berupa Gedong Pulosari adalah Petilasan G.R.M SUMADI dan G.R.Ay SUDARMINAH yang konon adalah Putera Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono II (putera ke 53 dan 59) yang terletak di Pedukuhan Sedono(Kedondong), Desa Pundungsar, Kecamatan Semin kabupaten Gunungidul Yogyakarta Indonesia. Tradisi tersebut telah selalu diperingati setiap tahunnya yaitu di bulan Dzulhijah (jawa: Besar) di Dusun Sedono, Desa Pundungsari, Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta yang akan diramaikan juga dengan beberapa seni adat tradisional yang ada di masyarakat tersebut. |
Makam ini adalah aset berharga Indonesia, yang patut untuk dijaga dan di lestarikan. Sekali lagi saya acungkan kedua jempolku untuk Yogyakarta tercinta yang ternyata memiliki budaya dan peninggalan yang masih tersembunyi.