Wisata
Alam Dusun Kutugan.
Wisata Alam Dusun Kutugan
ini terletak di perbatasan DIY dan Jawa tengah lebih Tepatnya yaitu Dusun
Kutugan Desa pundungsari Kecamatan semin Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa
Yogyakarta,sebetulnya terdapat tiga dusun ditempat tersebut yaitu Dusun
Kutugan,Tepus dan Jelok ketiga Dusun tersebut seolah menjadi kesatuan yg tidak
terpisahkan karena letaknya yg tinggi dibandingkan dari dusun dusun
lainnya,karena letaknya yang tinggi ini sangat menarik untuk dikunjungi bagi
para traveler dan petualang alam,cuaca alam disini juga sangat dingin pada saat
siang ataupun malam hari,untuk mencapai kesini bisa melewati dua jalur yaitu
jalur dari kecamatan semin ke Dusun Kutugan atau jalur Kecamatan Ponjong ke Iromoko
lalu ke Dusun Kutugan.yang bisa kita nikmati dari petualangan ini adalah Dusun
ini masih asri dan hijau anda bisa menikmati Pegunungan ,air terjun,persawahan
dan hal alam lainya.Kebudayaan local juga masih terjaga seperti Jlanturan dan
Karawitan serta wayang Kulit sebagai kearifan lokal budaya masyarakat sekitar
,hiburan terbiasanya dipertunjukan pada saat ada hajatan atau peringatan hari
besar ataupun pada saat ada permintaan dari masyarakat sekitar.Masyarakat sekitar
juga sangat ramah dan menjunjung tinggi nilai nilai budaya jawa yang kental serta orang Yogyakarta yang terkenal
akan ramah dan sopan, so!anda sekali-kali bisa mampir kesini apabila berkunjung
ke Jogja. WISATA ALAM DUSUN KUTUGAN
Dusun Kutugan terletak diantara perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah.Dusun ini masih asri banyak hutan dan flora dan fauna yang masih alami sehingga layak Anda untuk dikunjungi untuk berwisata alam
WISATA ALAM KUTUGAN>MERENG NGETAN
Mereng
ngetan
Satu lagi tempat yg indah di Dusun Kutugan yaitu MERENG NGETAN atau dalam bahasa Indonesia miring kearah
timur.Tempat ini indah sekali karena terletak diketinggian sehingga kita bisa
memandang langsung keindahan alam dari atas apalagi saat terbit matahari wow!amazing.. pemandangan yang sangat
menakjubkan,dari atas kita juga bias melihat kabut yg menyelimuti tempat
dibawah sana bagaikan lembah dibawah sana.Anda tertarik so!!munkin sekali kali
harus kesana
PERSAWAHAN DESA WISATA
Persawahan
Walaupun letaknya diatas gunung namun Dusun
Kutugan,Tepus dan Jelok ini sangat subur,Terbukti terdapat Empat area sawah
yang luas yaitu Sawah Ngepring,Sawah Mblabur dan Sawah Ngondosuli/Njeblokan,Sawah
Pakis.Sawah tersebut Dimanfaatkan oleh para penduduk untuk menanam padi.hal
yang menarik dari sawah tersebut adalah tempatnya yang agak miring atau
terasiring seperti ubud dibali jadi kita bisa menikmati Persawahan yg hijau dan
asri sambil melihat aktivitas para penduduk disana yang terkenal sangat ramah
dan terbuka bagi para turis.Jadi berkunjunglah kesana sewaktu waktu untuk
berpetualangan
Goa Gadung
Goa
Gadung terletak di Dusun Kutugan Desa Pundungsari Kecamatan Semin,anda
bisa melakukan perjalan ke arah sini melalui dua jalur yaitu dari Semin ke
Kutugan dan dari Ponjong ke Tambakromo lalu ke Kutugan dengan mengunakan roda
dua maupun empat diperjalanan akan tertantang dengan medan yg sangat tinggi dan
berkelok namun demikian hal tersebut malah membuat perjalanan anda sangat
mengasikkan dikarenakan semakin keatas pemandanggan akan semakin indah,apalagi
pada sore maupun pagi hari cahaya matahari akan membuat semakin indah suasana
alam di sekitar.Letak Goa Gadung terletak disebelah timur Dusun Kutugan Goa ini
udah ada sejak zaman dahulu konon nama goa Gadung berasal karena disamping Goa
tersebut banyak tanaman gadung maka disebutlah goa gadung menurut penduduk
disekitar,Disekitar Goa Gadung terdapat sungai yg mengalir jernih ditambah lagi
pemandangan tebing tebing tinggi yg indah dan masih alami.Hal yg menarik
tentunya alam yg masuh terjaga habitatnya sehingga tidak heran sekelompokan Ekor Monyet sering terlihat disekitar tempat tersebut.Disekitar sini juga aneka
burung masih bayak dijumpai,Penduduk yg ramah pun sering kita jumpai disekiat
sini anda tertarik dengan wisata alam mungin salah satunya adalah Goa Gadung yg
perlu anda kunjungi......
Goa ini terletak di sebuah lereng bukit, dan pintu masuknya agak tersembunyi. Di bawah goa ini terdapat sumber mata air yang sudah dimanfaatkan oleh warga pedusunan dibawahnya. Terlihat dari pipa-pipa dan selang-selang yang berfungsi untuk menyalurkan air ke bawah bukit. Pemandangan dari dalam Goa menuju keluar juga sangat istimewa dan sangat menyejukkan. Goa ini sebenarnya cukup panjang. Jika anda ingin menyusuri Goa ini disarankan mempersiapkan peralatan oksigen, karena udara di bagian dalam goa terasa cukup pengap. Jangan lupa juga untuk membawa alat penerangan. Sayang sekali terlihat banyak vandalisme yang dilakukan oleh-oleh orang tak bertanggung jawab dan tidak jelas apa maksudnya. Coretan-coretan di dinding yang bertuliskan nama-nama orang yang pernah mengunjungi tempat ini terasa sangat merusak dan mengganggu pandangan mata.
Anda seorang pecinta alam dan penggila petualangan? Maka sangat disarankan untuk mengunjungi dan melakukan susur goa di Goa Gadung ini. Pemandangan dan sensasi dalam mencapai goa ini tak akan terlupakan.
Petilasan Gedong Pulosari
Kutugan
Petilasan Gedong Pulosari
Sejarah
Sekitar 250 tahun yang lalu, GRM Sumadi dan GR Ay Sudarminah yang merupakan putra dan putri dari Sultan Hamengkubuwono ke-2 melakukan perjalanan. Setelah kira-kira 350 hari berjalan melewati Bayat, dan berhenti sejenak di tempuran Wot Galih di Ngawen. Di daerah itu mereka sempat mandi jamas. Mereka ditemani oleh 2 abdi mereka yaitu Wonokusumo dan Notokusumo. Selesai mandi mereka melanjutkan perjalanan, akan tetapi pakaian GRM Sumadi yang bernama Kuluk Kanigoro dan Gondil Ontro Kusumo tertinggal di tempat itu. Akhirnya kedua pakaian tersebut dititipkan ke kedua abdi tersebut untuk dikembalikan ke Sinuwun Ngarso Dalem ( Sultan HB II ). Pada saat itu Ngarso dalem mengadakan sayembara, bahwa siapa yang dapat menyerahkan dua pakaian tersebut maka akan dijadikan putra oleh beliau. Pakaian Kuluk Kanigoro diserahkan oleh Wonokusumo, sedangkan pakaian Gondil Ontro Kusumo diserahkan oleh Notokusumo. Maka kedua orang itupun diakui sebgai Putro Dalem oleh Sinuwun Ngarso Dalem.
GRM Sumadi dan GR Ay Sudarminah pun melanjutkan perjalanan melalui Mbabak, Ngluwur, kemudian menuju Selo Lawang sebelah selatan pertapaan Amben Gandul Ndondong. Di Selo Lawang selama 40 hari mereka tidak menemukan makanan apa-apa selain rempah-rempah seperti lempuyang dan lengkuas. Karena hanya makan rempah-rempah seperti itu maka perut GR Ay Sumardinah menjadi besar seperti perut orang hamil 9 bulan 10 hari. Mengetahui hal tersebut GRM Sumadi pun marah dan mengira bahwa GR Ay Sudarminah telah berhubungan badan dengan seseorang dan hamil. Setelah 40 hari GRM Sumadi masih dalam amarahnya, maka GR Ay pun mulai pasrah dan mempersilahkan untuk membuktikan sendiri apa yang ada di dalam perutnya. Maka pada hari Senin Pon bulan Sura GRM Sumadi pun menusuk dan membelah perut GRAy Sudarminah menggunakan Duwung Setro Banyu. Akan tetapi setelah mengetahui apa yang ada di dalam perut GRAy hanyalah berupa rempah-rempah. GRM Sumadi pun menyesal. Setelah merawat mayat GRAy dan dibaringkan dengan posisi Selatan menghadap ke Barat, dengan perasaan bersalah GRM Sumadi pun menusuk dirinya sendiri dengan Duwung Setro Banyu tadi. Posisi GRM Sumadi saat meninggal adalah Utara menghadap barat.
Ritual
Tempat ini banyak dikunjungi untuk berziarah. Kebanyakan akan datang ke tempat ini pada malam Senin Legi atau Kamis Legi. Sementara setiap tahun di Dusun Ndondong sendiri diadakan upacara Nyadran yang diadakan setiap bulan besar pada hari Senin Legi atau Kamis Legi.
Selain itu di dekat tempat ini tepatnya di dusun Kutugan juga ada tempat pertapaan yang menurut cerita warga sekitar sering digunakan untuk bertapa dalang-dalang wayang kulit. Lokasinya berada di area Gunung Panggung. Perjalanan menuju Petilasan Gedong Pulosari sendiri akan terasa cukup susah. Tapi pemandangan yang akan anda dapat setelah sampai di atas bukit sangat mempesona. Deretan sawah padi yang hijau dan sebagian mulai menguning dengan galengan-galengan yang membatasinya, seakan membentuk undak-undakan raksasa berwarna hijau. Jika anda merupakan pecinta sejarah dan petualang anda bisa datang ke tempat ini. Anda kebingungan menuju tempat ini? Jangan khawatir, hubungi kami. Kami bersedia dengan sukarela mengantar anda kesini.
MAKAM KEDONO KEDINI/NGEDONG PULOSARI
MAKAM KEDONO KEDINI/NGEDONG PULOSARI
Di atas gunung di
bawah langit Indoesia, terdapat sepasang makam keramat tinggalan masa
lalu yang konon oleh para warga masyarakat sekitar dianggap penuh
misteri. Makam ini di namakan makam Kedono-Kedini. Petilasan G.R.M
SUMADI dan G.R.Ay SUDARMINAH yang konon adalah Putera Ngarso Dalem Sri
Sultan Hamengkubuwono II (putera ke 53 dan 59) terletakdi antara perbatasan Dusun Kutugan dan Pedukuhan
Sedono(Kedondong), Desa Pundungsar, Kecamatan Semin kabupaten Gunungidul
Yogyakarta Indonesia ini tidak banyak diketahui oleh orang karena
tempatnya diatas gunung sekaligus medan untuk menuju lokasinya masih
sangat sulit dan mungkin ini pertama kalinya di terbitkan, karena saya
search di Google juga belum ada yang mem-posting.
Berikut liputannya
.Jalan naik ke atas gunung yang terjal dan mendaki aspal kasar maupun
halus hingga jalan-jalan bebatuan yang telah terlewati ahirnya kami
sampai di depan pintu masuk menuju makam Kedono Kedini tersebut.
Dari lokasi pintu masuk ini, kami berdua masih harus menaiki tangga yang tinggi, licin dan penuh di tumbuhi tanaman-tanaman liar.
Sayapun juga belum tahu, adakah juru kunci disini, ya mungkin ada tetapi kami tidak menemui seorangpun di sekitar tempat ini untuk kami bertanya dan mencari informasi-informasi lainnya.
Mulai dari sini suasana misteri sangat terasa sekali. Dingin, lembab, redup dan seolah ada yang mengawasi gerak-gerik kami berdua. Meski mata dan kepala kami tidak melihat tetapi kami yakin, ada yang sedang mengawasi kami.
Setelah memasuki pintu kecil yang terbuat dari besi itupun aku mulai melepas alas kakiku kemudian di ikuti temanku. Langsung kami menuju ke sebelah kanan yang berupa bangunan berundak dengan sebuah foto menggantung diatasnya dan makam di depan bangunan tersebut. Sayapun juga tidak tahu, gambar siapakah gerangan yang berada di atas bangunan tersebut.
Setelah duduk beberapa menit, kameraku mulai menarik perhatian pada sebuah prasasti dengan lambang Praja Cihna alias lambang kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. dengan makam Kedono-kedini di belakangnya. Dan dalam prasasti tersebut terukir dua nama yaitu: GRM. Sumadi & GRAy. Sudarminah.
Kami berdua mencoba duduk di sana sambil memandang area sekeliling. Sepi, sunyi tiada manusia satu pun hanya suara-suara nyamuk yang terbang dan sesekali suara kicauan burung dari arah kejauhan. Tapi seolah ada yang mengawasi gerak-gerik kami berdua.
Makam ini adalah aset berharga Indonesia, yang patut untuk dijaga dan di lestarikan. Sekali lagi saya acungkan kedua jempolku untuk Yogyakarta tercinta yang ternyata memiliki budaya dan peninggalan yang masih tersembunyi.
Berikut liputannya
CERITA SINGKAT MAKAM KEDONO-KEDINI SEMIN-GUNUNGKIDUL VERSI WARGA SETEMPAT & BUDAYAWAN WANDY INDRA KUSUMA.
Dahulu
kala, tersebutlah ada seorang kakak-beradik bernama Kedono & Kedini
yang berpisah. Kedini hidup di dalam hutan dan bertahan dengan memakan
buah-buahan. Suatu ketika kakak-beradik ini bertemu di tengah hutan dan
kemudian, Kedono menyaksikan Kedini dengan perut yang besar dan
timbullah perselisihan diantara keduanya, Kedono menuduh Kedini hamil
sedangkan Kedini mengaku akibat daripada terlalu banyak memakan
buah-buahan. Maka di bedahlah perut Kedini untuk membuktikan dan alhasil
bahwa didalam perut Kedini tidak diketemukan apa yang dimaksud oleh
Kedono, melainkan hanya buah-buahan, maka dengan perasaan bersalah,
Kedono menyusul Kedini dengan cara bunuh diri. Entah cerita ini sejak
kapan, tetapi masyarakat setempat meyakini cerita ini dan makam
Kedono-Kedini ini sering di gunakan untuk Nyadran. Wallahuallam
Bishawab.
|
Dari lokasi pintu masuk ini, kami berdua masih harus menaiki tangga yang tinggi, licin dan penuh di tumbuhi tanaman-tanaman liar.
Sayapun juga belum tahu, adakah juru kunci disini, ya mungkin ada tetapi kami tidak menemui seorangpun di sekitar tempat ini untuk kami bertanya dan mencari informasi-informasi lainnya.
Mulai dari sini suasana misteri sangat terasa sekali. Dingin, lembab, redup dan seolah ada yang mengawasi gerak-gerik kami berdua. Meski mata dan kepala kami tidak melihat tetapi kami yakin, ada yang sedang mengawasi kami.
Setelah memasuki pintu kecil yang terbuat dari besi itupun aku mulai melepas alas kakiku kemudian di ikuti temanku. Langsung kami menuju ke sebelah kanan yang berupa bangunan berundak dengan sebuah foto menggantung diatasnya dan makam di depan bangunan tersebut. Sayapun juga tidak tahu, gambar siapakah gerangan yang berada di atas bangunan tersebut.
Setelah duduk beberapa menit, kameraku mulai menarik perhatian pada sebuah prasasti dengan lambang Praja Cihna alias lambang kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. dengan makam Kedono-kedini di belakangnya. Dan dalam prasasti tersebut terukir dua nama yaitu: GRM. Sumadi & GRAy. Sudarminah.
Kami berdua mencoba duduk di sana sambil memandang area sekeliling. Sepi, sunyi tiada manusia satu pun hanya suara-suara nyamuk yang terbang dan sesekali suara kicauan burung dari arah kejauhan. Tapi seolah ada yang mengawasi gerak-gerik kami berdua.
PROSESI RITUAL NYADRAN GEDONG PULOSARI
Gunungkidul yang mempunyai kekayaan Adat Budaya selalu diperingati
oleh masyarakatnya sebagai perwujudan mengingat jasa, ucapan syukur
bahkan pelestarian adat budaya setempat agar tak hilang hingga masa kemasa.
Ritual Gedong Pulosari merupakan salah satu bentuk pelestarian peninggalan sejarah berupa Gedong Pulosari adalah Petilasan G.R.M SUMADI dan G.R.Ay SUDARMINAH yang konon adalah Putera Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono II (putera ke 53 dan 59) yang terletak di Pedukuhan Sedono(Kedondong), Desa Pundungsar, Kecamatan Semin kabupaten Gunungidul Yogyakarta Indonesia. Tradisi tersebut telah selalu diperingati setiap tahunnya yaitu di bulan Dzulhijah (jawa: Besar) di Dusun Sedono, Desa Pundungsari, Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta yang akan diramaikan juga dengan beberapa seni adat tradisional yang ada di masyarakat tersebut. |
Makam ini adalah aset berharga Indonesia, yang patut untuk dijaga dan di lestarikan. Sekali lagi saya acungkan kedua jempolku untuk Yogyakarta tercinta yang ternyata memiliki budaya dan peninggalan yang masih tersembunyi.
Langganan:
Postingan (Atom)